Kita sebagai umat beragama,
tentunya diajarkan bahwa setiap manusia itu sederajat dan tidak ada perbedaan
satu sama lain, apalagi dalam hal status sosial, kekayaan, pendidikan dan
kelompok sosial. Namun pada kenyataan nya di dalam kehidupan kita perbedaan itu
terlihat jelas, golongan-golongan ini terdiri dari masyarakat kelas atas,
menengah, dan bawah. Apa yang menyebabkan tingkatan-tingkatan tersebut timbul
dan berkembang di dalam masyarakat, dari zaman dahulu hingga sekarang.
Masyarakat kelas atas dapat kita
katakan sebagai golongan yang berisi individu-individu yang memiliki modal,
kekuasaan, harta yang berlimpah, memiliki bawahan sebagai sumber tenaga
berjalannya keuangan. Pada zaman dahulu, golongan ini berisikan kaum bangsawan,
saudagar kaya, keluarga raja. Kondisi ini juga mempengaruhi segala bentuk
tingkah laku, pergaulan, dan tata cara berpakaian dan gaya hidup. Mereka
cenderung bergaul hanya dengan sesama nya, sesama kaum kelas atas. Memang tidak
semuanya demikian, kembali lagi bagaimana cara mereka berfikir, ada yang
berfikir bahwa bergaul dengan sesama kaum kelas atas akan mempertahankan status
nya sebagai kelas atas juga, dan bila bergaul dengan kaum dibawahnya, akan
menurunkan derajatnya dan akan menggerogoti status nya sebagai kaum kelas atas.
Namun ada juga yang berfikir bahwa jika seseorang ingin mempertahankan kelas
nya dia harus bisa menghargai orang-orang yang berada dibawahnya, karena tanpa
adanya kaum buruh atau pekerja yang mendongkrak kekayaan nya, dia tidak akan
bisa bertahan berada di kelas atas. Semua itu kembali tergantung kepada pola
berfikir individu-individu tersebut.
Kelas menengah dapat kita
golongkan sebagai kaum pekerja atau saudagar yang memiliki penghasilan tetap,
dan dapat memenuhi kebutuhan sendiri, terkadang mereka berkerja kepada kelas
atas, menjadi kepercayaan kaum bangsawan, atau memiliki bisnis dan
memperkerjakan beberapa orang dari kelas pekerja. Kaum ini tentunya memiliki
mimpi untuk masuk ke kelas yang lebih baik, menjadi kaum dari kelas atas.
Tentunya mereka memiliki perjalanan yang panjang untuk mencapainya. Karena pada
dasarnya pada kelas menengah ini adalah individu-individu yang berasal dari
kelas bawah, yang bekerja keras, dan memiliki nasib lebih baik untuk
mendongkrak kehidupan nya.
Kelas bawah terdiri dari kaum
pekerja yang mana penghasilannya tidak menentu, sangat sulit untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, dan cenderung tergantung kepada orang-orang di atasnya.
Lebih sering bergonta-ganti pekerjaan, mencari penghasilan yang lebih baik.
Kaum ini terlihat sangat jauh bila ingin berinteraksi dengan kaum kelas atas.
Bila kita lihat kondisi yang
demikian tidak ada bedanya bila kita lihat di zaman sekarang ini. Di suatu
lingkungan sering kita melihat rumah-rumah gubuk, kotor, dan kumuh yang
ditinggalai oleh banyak kepala keluarga berserta anak dan istrinya dalam
kondisi yang tidak baik, semua terlihat tidak sehat, namun bukan berarti mereka
mau terus tinggal di tempat seperti itu. Tidak jauh dari pemukiman itu terlihat
bangunan-bangunan megah, tempat tinggal orang-orang kaya, orang-orang yang
memiliki penghasilan diatas rata-rata, hidup berkecukupan dengan segala
kebutuhannya sudah terjamin. Apa yang kita pikirkan bila melihat kondisi yang
demikian, hidup dalam wilayah yang sama, namun terlihat jelas perbedaanya.
Kalau kita lihat dari sudut pandang ilmu sosial, tingkatan masyarakat
berdasarkan status sosial tidak akan pernah hilang, akan selalu ada di setiap
kehidupan.
Jika kita lihat dari segi agama,
dan kemanusiaan, jelas ada yang salah dengan kondisi tersebut, kenapa yang kaya
semakin kaya, dan miskin semakin miskin. Apa yang salah? Apakah masyarakat
kelas bawah tersebut kurang berusaha lebih keras untuk mendapatkan penghasilan
yang lebih baik, atau si kaya yang kurang membagikan rezekinya kepada si
miskin. Atau apakah kurangnya interaksi antara tingkatan tersebut.
Bila kita fokuskan pada poin yang
terakhir, yaitu kurangnya interaksi antar tingkatan. Sebelum itu kita kembali
melihat kondisi pada zaman dahulu yang mana kaum bangsawan cenderung hanya
bergaul dengan sesamanya. Kencendrungan itu juga kita bisa melihatnya pada
zaman sekarang ini. Kurang nya komunikasi antar sesama individu dalam
masyarakat. Kehidupan masyarakat telah terkotak-kotak menjadi golongan-golongan
yang lebih mementingkan anggota nya sendiri, tidak memikirkan sebagai satu
masyarakat yang utuh. Jika si kaya mau melirik, mau memperhatikan kondisi di
sekelilingnya, tidak hanya melihat yang sederajat dengan nya saja. Mampu
melihat lebih dalam unsur-unsur lebih dalam sebuah masyarakat. Tentunya akan
timbul sebuah wadah interaksi antar individu untuk menemukan solusi-solusi
kehidupan untuk meningkatkan taraf hidup bersama.
Kondisi tersebut tentunya akan
berjalan dengan baik dengan terkikisnya sifat individualistis, lebih menunjukkan
sikap kebersamaan, tidak memandang golongan, tidak melihat warna kulit, tidak
melihat seberapa besar penghasilannya, taraf hidup akan berubah perlahan demi
perlahan. Tidak tergantung dengan pemerintah, tidak perlu menunggu kesempatan
bagi si miskin.
Akan semakin sulit bila yang
berkembang didalam masyarakat adalah sikap individualistis, mereka tidak akan
melihat permasalahan di lingkunganya, hanya mementingkan diri sendiri. Bila
kondisi yang demikian dikembangkan, tentunya kita akan semakin terpuruk. Untuk
apa menjadi kelas atas di lingkungan yang miskin.